Friday, November 24, 2017

Konsep Epidemilogi Penyakit Menular



KONSEP EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DISUSUN OLEH
CAMELIA PERMAT SARI



 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di bidang kesehatan, pengenalan masalah merupakan landasan bagi pengelolaan kesehatan yaitu untuk merencanakan tindakan pencegahan ataupun mengatasi masalah yang dihadapi. Sebagai salah satu alat untuk pengenalan masalah kesehatan di masyarakat, epidemiologi merupakan tumpuan di mana di dalamnya terkandung metode dan cara melakukan pengumpulan data, manajemen data, sampai antisipasi tindakan yang harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin meningkat, termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran telah mencapai taraf yang sangat memuaskan dalam hal mengatasi penderitaan dan kematian penyakit tertentu. Namun demikian, masalah kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan. Walaupun pada beberapa tahun terakhir ini sejumlah penyakit menular tertentu sudah dapat diatasi, tetapi di lain pihak timbul pula masalah baru dalam bidang kesehatan masyarakat, baik yang berhubungan dengan penyakit menular dan tidak menular, maupun yang erat hubungannya dengan gangguan kesehatan lainnya.
Penyakit menular yang mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara sedang berkembang, di samping munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologi yang erat hubungannya dengan penyakit menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan penguasaan terhadap lingkungan biologis. Di lain pihak, kemajuan ilmu dan teknologi juga ikut mempengaruhi lingkungan sosial budaya dan sangat erat hubungannya dengan pola tingkah laku masyarakat. Perubahan lingkungan sosial budaya tersebut memberikan dampak positif dan negatif terhadap pola penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk penyakit menular. Untuk dapat mengambil tindakan yang berarti dalam usaha mengatasi serta menanggulangi berbagai penyakit menular tertentu, maka harus diketahui dengan pasti berbagai aspek epidemiologis penyakit menular secara umum.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana memahami dan menjelaskan konsep epidemiologi penyakit menular?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian epidemiologi penyakit menular.
b. Untuk mengetahui interaksi agen penyakit, manusia, dan lingkungan.
c. Untuk mengetahui konsep segitiga epidemilogi (Triad Epidemiologi).
d. Untuk mengetahui dinamika penularan penyakit.
e. Untuk mengetahui cara tranmisi (Made of Transmission) penyakit menular.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Epidemiologi Penyakit Menular
Epidemiologi berasal dari kata epi, demos, dan logos. Epi berarti atas demos berarti masyarakat, dan logos bermakna ilmu. Jadi, epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi, dan determinan penyakit pada populasi. Distribusi meliputi orang, tempat, waktu; frekuensi atau ukuran frekuensi meliputi insidensi dan/atau prevalensi; determinan faktor risiko meliputi faktor yang memengaruhi atau faktor yang mmberi risiko atas terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
Yang dimaksud dengan penyakit menular atau communicable disease adalah penyakit infeksi dimana agen penyakitnya dapat ditularkan dari satu individu ke individu lain baik terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung melalui vektor atau reservoir lainnya. Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain, ditentukan oleh 3 faktor, yakni :
a. agen (penyebab penyakit).
b. host (induk semang).
c. Route of transmission (jalannya penuaran).



2.2 Interaksi Agen Penyakit, Manusia, dan Lingkungan
Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan dan kematian pada manusia yaitu disebut sebagai ekologikal atau epidemiologikal triad yaitu agen penyakit, manusia dan lingkungannya. Dalam keadaan normal terjadi suatu keseimbangan yang dinamis antara ketiga komponen ini atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada suatu keadaan di mana keseimbangan dinamis ini terganggu misalnya kualitas lingkungan hidup menurun sampai pada tingkat tertentu maka akan memudahkan agen penyakit masuk ke dalam tubuh manusia dan orang tersebut menjadi sakit.
a. Agen Penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor lain, seperti mekanis, nutrisi, radiasi, dan kadang-kadang untuk penyakit tertentu penyebabnya tidak diketahui seperti penyakit ulkus peptikum, jantung koroner.
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Agen biologis
Virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, dan metazoa.
2. Agen nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan lainnya.
3. Agen fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembapan, tekanan, cahaya dan kebisingan.
4. Agen chemis
Dapat bersifat endogenous seperti acidosis, diabetes (hiperglukemias), uremia dan exogenous, seperti zat kimia, alergen, gas, debu dan lainnya.
5. Agen mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada jaringan tubuh host (pejamu).
6. Agen radiasi
Seperti kebocoran instalasi nuklir di Jepang.

b. Manusia/Host
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya suatu penyakit dan tergantung dari karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu, yaitu:
1. Umur
Menyebabkan adanya perbedaan jenis penyakit yang diderita seperti penyakit cacar air pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut.
2. Seks
Frekuensi dan jenis penyakit pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan wanita dan pada penyakit tertentu seperti risiko kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita dan penyakit hipertropi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
3. Ras
Hubungan antara ras dengan jenis penyakit tergantung dari tradisi, adat isitiadat dan perkembangan kebudayaan, di samping itu terdapat penyakit yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell anemia pada ras Negro.
4. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolism, phenilketonuria, buta warna, haemophilia, dan lain-lain.
5. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan jenis penyakit akibat pekerjaan, seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikolis, asbetosis dan lainnya.
6. Status nutrisi
Gizi jelek akan mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi seperti TBC atau kelainan gizi seperti obesitas, kadar kolesterol tinggi dan lainnya.
7. Status kekebalan
Reaksi tubuh terhadap jenis penyakit tergantung dari status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang bertahan lama dan seumur hidup.
8. Adat isitiadat
Ada beberapa adat istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
9. Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.

10. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.
c. Lingkungan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri atas dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut homeostatis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Lingkungan fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini akan berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
2. Lingkungan biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit dan hospes perantara (intermediate).
Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya akan selalu bersifat dinamis dan pada suatu keadaan tertentu di mana terjadi ketidak-seimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis, maka manusia akan menjadi sakit.
3. Lingkungan sosial
Berupa kultur, ada istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya.
Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres, insomnia, depresi dan lainnya.
2.3 Konsep Segitiga Epidemilogi (Triad Epidemiologi)
John Gordon menggambarkan interaksi tiga faktor utama yang mempengaruhi terjadinya suatu penyakit atau masalah kesehatan. Ketiga komponen tersebut adalah agen, pejamu (host), dan lingkungan (environment), yang biasa disebut dengan segitiga epidemiologi (triangle epidemiology). Dalam studi epidemiologi, model ini lebih sering digunakan untuk penyakit menular, seperti leptospirosis, TBC, campak.
Menurut Gordon, penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara ketiga komponen tersebut. Dalam memprediksi suatu penyakit atau masalah kesehatan perlu dilakukan analisis dan pehamahan dari masing-masing komponen. Dalam melakukan interaksi, agen dan pejamu berhubungan langsung dengan lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, ekonomi maupun biologi. Penjabaran lebih lanjut tentang ketiga komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Interaksi antara agen penyakit dengan lingkungan
Suatu keadaan di mana agen penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agen penyakit, terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit, misalnya viabiltas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin, penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan bumi global.
Gambar 1.1 Ketidakseimbangan agen dengan lingkungan
 




2. Interaksi antara agen penyakit dengan lingkungan
Suatu keadaan di mana manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya dan terjadi pada saat pre-patogenesis dari suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
Gambar 1.2 Ketidakseimbangan host dengan lingkungan
3. Interaksi antara manusia dan agen penyakit
Suatu keadaan di mana agen penyakit menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh, pembentukan kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat, ketidakmampuan atau kematian.
Gambar 1.3 Ketidakseimbangan agen dengan host
 
4. Interaksi agen penyakit, manusia dan lingkungan\
Suatu keadaan di mana agen penyakit, manusia dan lingkungan bersama-sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit baik secara tidak langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dapat menimbulkan penyakit muntaber (water borne disease).
Gambar 1.4 Ketidakseimbangan agen, host dan lingkungan
 
2.4 Dinamika Penularan Penyakit
Dinamika penularan penyakit infeksi dari sumber atau reservoir yang infektif ke orang yang suseptibel. Reservoir/sumber dari infeksi dinyatakan seagai sesuatu yang menjadi tempat persinggahan agen penyakit hidup dan berkembang serta bertahan hidup, dikenal ada dua tipe reservoir. Yaitu manusia dan hewan.
1. Reservoir dari manusia
Yaitu penyakit menular yang sumber infeksi berasal dari orang yang sedang mengalami infeksi baik berupa kasus penyakit atau carrier. Kasus penyakit dapat bersifat klinis dan subklinis dimana pada kasus subklinis tidak ditemukan gejala penyakit atau bersifat asimptomatis namun tetap mempunyai potensi untuk menularkan infeksi kepada orang lain. Contoh: penyakit poliomyelitis.
Carrier dari suatu penyakit infeksi tertentu dapat terjadi karena proses penyembuhan yang terjadi tidak sempurna dan pada pemeriksaan bakteriologis agen penyakit masih tetap ada dan hidup di dalam tubuh. Contoh: pada penderita demam tifoid.
2. Reservoir dari hewan
Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dimana dapat berupa kasus penyakit atau carrier seperti halnya pada manusia. Contoh: Avian influenza/flu burung.
2.5 Cara Tranmisi (Made of Transmission) Penyakit Menular
Penyakit infeksi dapat ditularkan kepada manusia yang sensitif melalui beberapa cara yang sering disebut dengan mode of transmission baik terjadi secara langsung atau tidak langsung dari orang ke orang lain atau cara penyebarannya pada masyarakat ditinjau dari aspek epidemiologik dapat bersifat lokal, regional maupun internasional.
1. Kontak langsung
Melalui permukaan/mukosa kulit dari orang sakit ke orang sehat dimana agen penyakit ditularkan langsung ke orang lain melalui hubungan intim, seperti penyakit kelamin Gonnorhea, sifilis, HIV. Untuk memutuskan rantai penularannya yaitu dengan cara mengobati penderita dan tidak melakukan hubungan intim dengan pasangan bukan suami atau istri, khusus untuk penyakit AIDS/HIV tidak mempergunakan alat suntik bekas dan menggunakan darah donor yang berasal dari penderi HIV.
2. Melalui media udara
Penyakit infeksi yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai Air Borne Disease. Jenis penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara antara lain:
a. TBC pulmonum
b. Diphteria
c. Influenza
d. Cacar
e. Campak
f. Meningitis
g. Scarlet fever
h. Mumps/paroritis
i. Rubella
j. Batuk rejan
3. Melalui media air
Penyakit infeksi dapat juga ditularkan dan menyebar baik secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui air dikenal sebagai water borne disease atau water related disease.
a. Agen penyakit infeksi:
1. Virus : viral hepatitis, poliomyelitis
2. Bacterial : kolera, disentri, tphoid, diare
3. Protozoa : amoebiasis, giardiasis.
4. Cacing : ascariasis, whip worm, hydatid disease
5. Leptospiral: weil’s disease
b. Aquatic host:
1. Water multiplied :schistosomiasis (vektor keong)
2. Not multiplied :Guinea’s worm dan fish tape worm (vektor cyclop)
Penyakit infeksi yang ditularkan melalui air secara lengkap dapat dibagi menjadi empat kelompok menurut cara penularannya, yaitu:
1. Water borne mechanism
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menularkan penyakit pada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh: penyakit kolera, tipoid, viral hepatitis, basiler disentri dan poliomyelitis.
2. Water washed mechanism
Jenis penyakit infeksi ditularkan melalui water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan, seperti:
a) Penyakit infeksi melalui sistem saluran perncernaan, seperti penyakit diare pada anak-anak.
b) Penyakit infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.
c) Penyakit infeksi melalui gigitan binatang pengerat, seperti leptospirosis.

3. Water based mechanism
Jenis penyakit infeksi dimana agen penyakitnya mempunyai sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidupnya di dalam air. Contoh: schistosomiasis, dracunculus, medinensis.
4. Water related vector mechanism
Jenis penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan serangga yang hidup dan berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis, dengye, malaria, yellow fever.
4. Melalui media vektor penyakit
Jenis serangga tertentu yang dapat menularkan penyakit infeksi pada manusia dikenal sebagai artropods borne disease atau sering juga disebut sebagai vector borne disease, merupakan penularan penyakit infeksi yang penting karena seringkali bersifat endemis maupun epidermis serta dapat menimbulkan bahaya kematian.
Di Indonesia, penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis yang terjadi di daerah tertentu antara lain seperti penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan terakhir ini ditemukan adanya penyakit virus Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes agypti, disamping itu ada pula penyakit infeksi lain yang ditularkan secara mekanis oleh serangga (lalat rumah) seperti penyakit disentri, kolera, demam tipoid dan paratipoid.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam epidemiologi, penyakit dipandang sebagai keadaan yang disebabkan oleh banyak faktor, tidak hanya oleh karena adanya mikroorganisme yang menganggu fungsi biologis tubuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti lingkungan fisik dan sosial. dengan memandang keberadaan penyakit secara lengkap maka penanganan akan akan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.
Terjadinya penyakit digambarkan dalam tiga konsep yaitu konsep segitiga, jaring-jaring sebab akibat dan model roda. Dalam konsep segitiga penanganan penyakit dapat dilakukan dengan menyeimbangkan interaksi antara host, agent dan lingkungan. Dalam konsep jaring-jaring, penyakit dapat ditangani dengan memutuskan salah satu rantai jaring-jaring. Dalam konsep roda, penyakit dapat ditangani dengan adaptasi yang tepat sesuai pergeseran roda kondisi lingkungan dan internal.

3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang konsep epidemiologi. Dan harapan makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

No comments:

Post a Comment

Teknik Menyusui yang Benar

Cara menyusui yang benar : posisi, upaya memperbanyak dan tanda bayi cukup ASI Salut untuk para bunda yang sudah mau berjuang unt...